Friday, March 12, 2010

Draft 1-1-1 KCPLB 3

Kali pertama aku bersua dengan mu. Kau hanya diam dan terus membisu. Namun dalam kebisuan itu seribu satu makna tersirat tanpa sepatah kata kata. Aku mampu mengerti dengan hanya jelingan mata mu yang sedang mengamit perhatianku .Kau hanya tersenyum. Tersipu malu. Tidak dapat aku gambarkan betapa gembiranya diriku ketika itu. Mata bertentangan mata. Biarlah hati yang berbicara bahasa cinta kita berdua. Raut wajah mu nan ayu membuat hati ini terus terpaku. Senyuman indah terlukis di bibirmu membuat aku rindu selalu. Amat berharap masa terhenti ketika itu.

Mengapakah engkau masih berselindung di balik kerudung putihmu? Mengapa masih bermain dengan perasaanku? Apakah bisa aku luahkan segunung rindu terbuku dihatiku. Tidakkah engkau dengari rintaihan hati yang sentiasa menyeru dan memanggil namamu? Saban hari,saban waktu akulah yang parah merindu. Permainan hati apa lagi yang menjadi gurau sendaanmu ? Akulah yang pasrah dalam permainan ini. Aku lah yang semakin tidak mengerti.

Engkau masih lagi berdiri di situ.Kaku. Haruman wangian kasih menyeluti segenap tubuh mu. Hanya selendang putih mu menjadi pengubat rindu. Telah terbuka segala ruangan hati hanya dengan wangian itu. Mengharapkan belaian manja suci seikhlasnya dari mu. Marilah ubati hati ku yang kian parah mencintai dirimu. Kasihanilah aku. Usahlah begini. Hampirlah pada ku,agar kudakap sekujur tubuh mu. Bukankah engkau telah menjadi milik ku?

Dalam kesamaran cahaya itu, engkau menghampiri. Bayu angin malam seakan mengiringi. Seakan mengerti bahawa hadirmu ini mengubat hati. Tiupkanlah ketenangan dijiwa ini duhai Puteri. Balutilah luka ini. Aku yang sekian lama menanti hadirmu. Hampirlah pada ku. Damaikanlah hati yang remuk redam hanya tergila-gilakan bayanganmu.Lekaslah Putri kerana aku sudah tidak mampu menahan gelora ini.

" Assalamualaikum, kanda, maafkan dinda. Putri hadir ketika ini hanyalah menggangu kanda."

Aku hanya mampu berdiam diri. Kehalusan wajah mu aku nikmati. Kelunakan bisikan suaramu aku hayati.

" Tidak mengapa Putri. Hadirnya Putri sememangnya kanda nanti-nantikan. Maafkan kanda bertanya, mengapa lambat? Tidak seperti selalu? "

" Ini ada kiriman dari ayahanda dan bonda, maafkan dinda jika membuat kanda menunggu sekian lama"

Mungkin kerana bungkusan ini yang membuat Putri terlewat daripada kebiasaanya. Aku lebih rela memaafkan dia daripada buruk sangka.

" Kanda, ada berita yang dinda ingin sampaikan tapi dinda segan."

Aku tidak sabar menantikan ayat seterusnya. Aku hanya sempat melihat Putri menundukan wajahnya yang ayu. Seakan mengumpul kudrat. Berat sangatkan tanggungan itu Putriku, izinkanlah menanggungnya bersama-sama mu. Aku dongakan dagunya dengan tolakan yang paling halus. Aku renung jauh ke dalam anak matanya lantas pandangan kami bertemu. Aku cuba memahami isi hatinya, walaupun hanya meneka cuma. Aku lihat matanya berkaca. Ada titisan halus terbit di situ. Aku kesat perlahan -lahan dengan penuh kasih.

" Mengapa bersedih Putri. Maafkan kanda sekiranya kanda melukakan hati dinda. Sungguh kanda tidak bermaksud begitu. Maafkan kanda jika terkasar bahasa. Jangan ditambah penderitaan kanda. Mengertilah Putri, kanda tidak sanggup melihat walau setitis air mata. Maafkan kanda "

Aku hanya melihat engkau mengeluh ringan. Tanganku kini telah kau alihkan untuk mengusap pipimu yang gebu. Aduh, aku lemah diperlakukan begini. Berbagai persoalan menyerang di benakku. Putri,jangankah menambah sebak di kalbu. Apakah kau kecewa kerana menerimaku ? Apakah beban di dalam kotak fikiranmu ? Mengapa masih bersembunyi sedangkan kita telah berjanji seikhlas hati walau apa pun terjadi kita tetap satu hati ?

Engkau masih tunduk membisu. Duhai Putri usahlah menambah duka hatiku, aku kian lemah dengan keadaan begini. Aku rangkul tubuhmu dalam dakapanku. Kau sembabkan wajahku ke dadaku. Jelas kedengaran esakan halus memecahkan kesunyian.

" Kanda, izinkan Putri... "

Putri hanya merenung mataku lantas dikucup dahiku. Tidak pernah dia berkelakuan begini. Digengam erat kedua tanganku. Seakan berpaut pada suatu harapan. Seolah-olah ingin menyampaikan satu hasrat supaya aku tenang menghadapinya. Putri begitu sukar melahirkan hasratnya.

" Dinda tak pernah menyesal walaupun sedetik bersama kanda. Kanda satu kurnian dari Allah buat dinda. Satu anugerah yang dinda harap-harapkan. Tiap waktu dan ketika hati ini sering tertanya, apakan dinda telah sempurnakan seluruh tanggungjawab dengan redha. Ampunkan dinda jika ada perkara yang menyakiti hati kanda tanpa dinda sedari. Tak pernah terlintas untuk mengkhianati kepercayaan yang kanda beri."

Aku diam. Aku bisu. Aku terharu. Runtuh segala tembok keegoaanku yang menggunung selama ini. Cair bersama sendu yang tak diundang. Luluh bersama sebak yang tiba-tiba datang. Ya Allah, sungguh aku tak dapat memahami kehendakMu. Insan sesuci ini Kau jadikan pakaianku. Masakan aku berhenti bersyukur tiap detik dan waktu. Insan sehinaku telah Kau muliakan dengan limpahan kurniaMu. Ampunilah aku kerana pernah menyimpan dendam terhadapMu. Insan semulia ini Kau zahirkan dalam dakapanku. Tiada satupun kesalahan yang pernah dilakukan. Semuanya disempurnakan dengan rela. Ya Allah, bantulah aku membaiki diri. Aku amat tidak layak mendapat insan semulia ini.

Aku hanya mampu mengusap bahunya tanda aku mengerti. Aku mencium dahinya tanda kasih.

" Putri tidak pernah salah. Segalanya kanda ampunkan. "

Engkau masih tertunduk malu.Perlahan-lahan menjauhkan dirimu dari ku. Telah kau muliakan aku dengan senyuman manis milikmu. Enggan aku lepaskan gengaman tanganmu. Aduh, senyumanmu sentiasa menawan hatiku. Cukup, hanya dengan itu bisa menenangkan seluruh gelora perasaanku. Engkau semakin menjauhkan dirimu.

" Kanda, maafkan Putri. Masa kian hampir. Eloklah dinda beredar dahulu. Nanti Putri berkunjung lagi. Ingatlah kanda, Putri sentiasa menanti saat indah bersama kanda. Perhatikanlah kiriman dari ayahanda dan bonda. Bersamanya harapan dinda. Bersamanya luahan rasa. Perhatikanlah....."

Sayup kedengaran rintihan suara itu. Perlahan-lahan engkau menghilang. Haruskah engkau pergi saat begini ? Saat aku begitu dahagakan manisan kasihmu. Saat hati mula berbicara bahasa kita. Saat aku begitu tega padamu. Kau kembali menyepi sedangkan aku kembali merindu.

Aku bertanya sendirian. Mengapa harus aku terjaga dari lena yang panjang ? Mengapa insan semurni itu hanya hadir dalam mimpiku ? Betapa aku dambakan kelembutan dan keaslian sentuhan kasih dan sayangmu. Kenangan yang begitu singkat tercipta namun cukup berbekas diseluruh jiwaku. Apakah insan setulusmu akan kutemui dalam realiti ? Cuma kenangan sesingkat itu bisa mengubah haluan hidupku. Ya Allah, dugaan apakah ini ? Aku sabar. Aku redha. Aku pasti ini hidayatMu. Aku pasti mutiara seindah itu tersembunyi. Aku pasrah. Aku serahkan segalanya padaMu. Permudahkan urusanku. Terimalah jihadku, insan mithali terus dicari.

No comments:

Post a Comment